Cerpen Anak : Daun-Daun Kering

Waktu itu hari Sabtu.Kami anak-anak kelas 3 berangkat lebih awal karena akan mengikuti senam pagi bersama di sekolah. Pukul 06.45 semua anak sudah siap di halaman sekolah untuk mengikuti senam,demikian pula semua guru kami. Kami berbaris rapi,merentangkan kedua tangan agar tidak saling sentuh dengan peserta senam yang lain. Lima orang anak dari kelas 5 dan 6 berdiri di depan kami untuk memberikan contoh,terutama untuk siswa kelas rendah yang belum hafal gerakan senam. Kami senam dengan semangat dan mengikuti irama selama 10 menit.

Setelah senam,kami berjabat tangan dengan bapak dan ibu guru yang berbaris di belakang. Lalu,kami siswa kelas 3 saling menanyakan ke mana gerangan ibu guru kami. Ibu guru tidak tampak mengikuti senam bersama. Kami kemudian berbaris rapi di depan kelas,dan kami menjumpai ibu guru telah berdiri di depan pintu kelas. Kami merasakan,ibu guru tidak seperti biasanya. Cahaya muka ibu guru tampak lebih putih dan sedikit pucat. Ibu guru tersenyum,kami mencium tangan ibu guru satu per satu. Tangan ibu guru cukup dingin sehingga kami mengira ibu guru sedang kurang sehat.
Pelajaran pun dimulai,kami melalui 3 jam pelajaran bersama ibu guru dengan menyenangkan. Waktu itu,ibu guru memberikan pelajaran tentang menulis cerita sederhana dari sebuah gambar. Kami semangat menulisnya, menceritakan dengan gaya kami sendiri. Setelah itu,ibu guru meminta kami membaca cerita di depan kelas,lalu memberikan nilai. Kami tertawa bersama,setiap ada cerita yang lucu. Ibu guru tampak lebih banyak tersenyum dari biasanya. Ibu guru tidak marah atau menegur kami sepatah kata pun. Kami bernyanyi bersama lagu 'Malam Indah','Ambilkan Bulan',dan 'Beca'. Ibu guru memberikan pesan kepada kami di akhir pelajaran agar selalu sungguh-sungguh dan bersemangat dalam belajar di sekolah. Ibu guru juga memberikan tugas kepada kami untuk hari senin agar membawa daun beraneka macam bentuk untuk pembelajaran IPA.
Pada hari Sabtu,kami memang pulang lebih awal. Setelah kegiatan kebersihan kelas,kami pulang ke rumah masing-masing.
Hari berganti,tibalah Senin yang kami nantikan. Kami telah membawa daun-daun yang ibu guru minta. Kami letakkan daun-daun itu di meja belakang kelas. Kami saling membanggakan banyaknya jumlah daun yang kami bawa. Namun,kami tak melihat ibu guru hari itu. Kami terus menunggu hingga siang,sesekali melihat ke jendela, bila saja ibu guru datang. Namun tetap saja ibu guru tidak datang,kami belajar bersama bapak kepala sekolah. 
Kami tinggalkan daun-daun itu di kelas,hingga selasa,rabu,kamis, kami tidak melihat ibu guru. Kami memberanikan diri untuk bertanya kepada ibu guru kelas dua, ternyata ibu guru kami masuk rumah sakit. Kami sedih,tidak bisa menjenguk ibu guru karena jarak rumah sakit yang jauh dari rumah kami. Kami terus berdoa,semoga ibu guru segera sembuh.
Sepuluh hari telah berlalu hingga daun-daun itu kering. Kami hanya bisa menatap sedih kepada daun-daun itu,tak ada satu pun dari kami yang berniat membuang daun-daun itu. Kami takut ibu guru akan menanyakannya apabila beliau masuk,kami tak ingin dianggap anak-anak pelupa dan tidak patuh.
Kini daun-daun itu kami tata menjadi sebuah rangkaian daun kering yang indah. Kami ikat jadi satu,dan kami pajang di meja belakang kelas. Daun-daun itu tidak membusuk,hanya mengering dan menjadi berubah warna.
Sudah sebelas hari ibu guru tidak masuk. Pagi itu hari Rabu,jam masih menunjukkan pukul 06.50. Para guru tampak sibuk,telepon sana-sini,datang dan pergi seperti tergesa-gesa,mereka tampak sibuk dan serius membicarakan urusan orang dewasa.
Ketika bel berbunyi, kami diminta berbaris di lapangan,sampailah kabar duka itu,ibu guru kami telah pergi untuk selamanya. Kami semua menitikkan air mata,mengingat saat terakhir bertemu beliau. Kami sedih kehilangan seorang ibu,tapi kami harus mengikhlaskannya. 
Pukul 09.00,kami berangkat melayat ke kediaman ibu guru, kami ikuti upacara pemberangkatan jenazah beliau,kami antar beliau ke makam. Dan untuk terakhir kalinya,kami letakkan tugas terakhir di pusara beliau,daun-daun kering yang kami rangkai dengan sederhana. Kami mendoakan,semoga ibu tenang selamanya di tempat peristirahatan terakhir.

No comments:

Post a Comment