RPP Tentang Organ Tubuh Manusia dan Hewan



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 


Sekolah               : SDN Rejosari 
Kelas / Semester : V / 2 
Tema                   : 6 (Organ Tubuh Manusia dan Hewan) 
Subtema              : 2 (Organ Manusia dan Hewan) 
Pembelajaran ke  : 5 (lima) 
Alokasi Waktu     : 3 x 35 menit (1 Pertemuan) 

A. Kompetensi Inti 
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. 
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. 

B. Kompetensi Dasar 
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang di anutnya. 
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah ( memiliki rasa ingin tahu, obyektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi. 
3.2 Mengenal organ tubuh manusia dan hewan serta mendeskripsikan fungsinya.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

Untuk melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran diperlukan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan hal itu ada tiga macam model yang dapat digunakan dalam pengembangan perangkat, yaitu Model Kemp , Model Four-D, dan Model Dick-Carey (Trianto, 2007:53). 

1. Model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Kemp 
Menurut Kemp (1994), pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik mana pun di dalam siklus tersebut. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka sebaiknya pengembangan perangkat itu dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan perangkat pembelajaran Kemp ditunjukkan pada gambar 1. 

          Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp (Kemp,et al., 1994 :9)

Tahap-tahap dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menurut model Kemp, (1994: 9) dijelaskan sebagai berikut: 

Model-Model Pembelajaran Terpadu


Pembelajaran terpadu pada hakikatnya adalah pembelajaran yang mengorganisasikan isi bahan belajar dari sejumlah mata pelajaran dalam satu fokus,batas-batas nama mata pelajaran sudah tidak tampak lagi (Oliva,1992). Pengorganisasian tersebut muncul dalam bentuk keterpaduan kurikulum atau isi materi pelajaran. Fogarty (1991) memberikan sejumlah alternatif tentang bagaimana mengintegrasikan materi dalam proses pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Terdapat tiga klasifikasi yang mencakup sepuluh model yang merentang dalam bentuk kontinum yang memiliki dua kutub, dari kutub yang tingkat integrasinya tidak ada, lemah dan sederhana ke kutub yang tingkat integrasinya kuat dan kompleks. Berikut ini adalah paparan dari klasifikasi dan model-model integrasi yang menggambarkan keragaman pandangan tentang cara pengintegrasian kurikulum menurut Fogarty (1991). 

Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education)

Pendidikan Matematika Realistik (RME) tidak dapat dipisahkan dengan Freudenthal Institute. Lembaga ini didirikan pada tahun 1971 di bawah Universitas Utrecht, Belanda. Nama lembaga ini berasal dari nama Profesor Hans Freudenthal (1905 -1990), seorang penulis, pendidik dan matematikawan. Sejak tahun 1971, Freudenthal Institute telah mengembangkan pendekatan teoritis terhadap belajar mengajar matematika yang disebut RME (Realistic Mathematics Education). RME menggabungkan ide-ide tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan. Freudenthal berasumsi bahwa siswa tidak boleh dianggap sebagai penerima pasif siap pakai matematika. Menurut Freudenthal pendidikan dapat disusun sedemikian rupa sehingga mendukung siswa untuk menggunakan setiap situasi dan kesempatan melakukan penemuan kembali terhadap matematika secara mandiri. Banyak masalah dapat dikembangkan dari berbagai konteks yang dianggap bermakna sebagai sumber belajar. Konsep-konsep matematika yang dikembangkan dari proses matematisasi yang dimulai dari hubungan konteks memungkinkan siswa untuk mencari solusi secara bertahap dalam mengembangkan perangkat untuk memahami matematika pada tingkat formal. Model yang muncul dalam kegiatan matematika memungkinkan interaktivitas yang cepat bagi siswa yang mengarah ke tingkat berpikir matematika yang lebih tinggi. 

Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium (Djamarah dan  Aswan,2002:136). Secara harfiah media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa (Sadiman,dkk.). Salah satu ciri media pembelajaran sebagaimana yang dijelaskan oleh Arsyad (2010:81) adalah membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Pesan atau informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Keberadaan media pembelajaran dapat membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Dengan menggunakan media, diharapkan siswa menjadi lebih paham akan materi yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dalam usaha pemanfaatan media pembelajaran, Edgar Dale melakukan klasifikasi terhadap tingkat pengalaman siswa dalam belajar dari yang paling konkret sampai yang paling abstrak. Tingkat pengalaman tersebut berdasarkan pada seberapa banyak indera yang terlibat di dalamnya. Kerucut pengalaman Dale diilustrasikan pada gambar di bawah ini.


Pengalaman Mengikuti Diklat Realistic Mathematics Education

Saya bersyukur dapat mengikuti diklat Realistic Mathematics Education yang diselenggarakan oleh South East Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO). Awalnya, saya mengetahui informasi diklat tersebut dari website qitepinmath.org. Kemudian saya mencoba untuk mengikuti seleksi administrasi dengan persyaratan daftar riwayat hidup, surat keterangan sehat, surat keterangan dari ketua KKG, dan sertifikat TOEFL. Setelah dinyatakan lolos seleksi administrasi, langkah selanjutnya adalah mengikuti tes wawancara. Tes wawancara dilakukan via telepon selama lebih kurang tiga menit. Dalam wawancara tersebut, saya diminta untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan alasan saya mengikuti diklat dalam bahasa Inggris. Seminggu kemudian, saya dihubungi langsung oleh panitia yang menyatakan bahwa saya lolos seleksi dan dinyatakan berhak mengikuti diklat.