Di Sudut Kota Surabaya

Tempat baru,lingkungan baru, dan orang-orang baru. Itulah adaptasi yang tengah saya jalani di tengah keramaian kota yang baru saya tinggali 4 hari ini. Surabaya, pemukiman yang padat,keramaian, kendaraan yang lalu lalang tiada henti, mahasiswa yang hilir mudik ke kampus, pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar, adalah sederet pemandangan yang saya tangkap dalam keseharian di sini.
Tentu saja, dalam sebuah tulisan ada hal mengesankan atau sebuah pesan yang ingin saya sampaikan melalui pengalaman yang saya peroleh. 
Sahabat pembaca, ketika saya membeli jus belimbing sore tadi sekitar pukul 18.30, datang seorang gadis kecil. Perawakannya kurus dengan tinggi kira-kira 1 meter. Penampilannya bersahaja dan terawat. Tetapi, gadis itu membawa alat musik yang saya namakan "kecrek" dan sebuah tas hitam kecil yang diselempangkan di bahu mungilnya. Lalu gadis kecil itu memainkan "kecrek" di depan penjual jus,karena tidak dihiraukan, dia menghampiri saya yang sedang menunggu jus belimbing diblender. Belum sempat memainkan "kecrek", saya mengajak gadis kecil itu bicara,potongan dialognya sebagai berikut :