Ketika menulis artikel ini,ayah sedang duduk di sebelah kanan saya. Ibu sedang duduk di belakang saya. Sungguh bahagia, memiliki keluarga yang begitu harmonis. Ayah dan ibu sedang menceritakan hal-hal lucu yang berlangsung seharian tadi. Kami tertawa bersama, saling menyanggah dan melengkapi pembicaraan dengan cara yang unik.
Saya lalu berpikir keluar,saya teringat anak-anak saya di kelas. Apabila pagi hari memulai pelajaran, saya selalu mengamati kondisi mereka. Saya senang apabila menjumpai wajah-wajah ceria itu, dengan pakaian yang rapi, bersih,serta semangat yang terpancar di wajah mungil yang lucu.
Namun,masih ada anak-anak yang di pagi hari sudah tampak lemas, meletakkan kepala di meja,berpakaian kusut, berwajah murung,mengantuk, ditambah lagi tidak mengerjakan PR.
Saya hanya bertanya dalam hati, di manakah ibu anak itu ? Sudahkah bajunya diseterika? Sudahkah ia sarapan ? Jam berapa ia tidur tadi malam ? Sederet pertanyaan itu melintas di kepala saya.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung hingga siang hari pun,saya terus mengamati perilaku dan daya serap anak-anak itu terhadap materi yang saya berikan. Anak-anak dengan persiapan yang baik dari rumah cenderung lebih baik dalam menangkap materi yang saya berikan. Kreativitas anak yang mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dari rumah juga jauh lebih baik dibanding anak yang kurang mendapatkan perhatian.
Pada saat pelajaran kesenian pun, tampak anak-anak yang kreatif itu menuangkan bakatnya secara optimal, tidak hanya duduk diam menunggu perintah dari guru. Bahkan saat istirahat, banyak hal dilakukan oleh anak-anak kreatif untuk mengisi waktunya, mencoba-coba permainan baru,dan menjalin pertemanan yang lebih akrab.
Sebagai ibu dari anak-anak di kelas saya, yang dapat saya lakukan adalah menjadi ibu seutuhnya di sekolah. Saya berusaha memahami mereka, mendidik mereka dengan tulus,san menyayangi mereka sepenuhnya agar dapat mengoptimalkan perkembangan mental tanpa membeda-bedakan anak yang satu dengan lainnya.
No comments:
Post a Comment