Seminggu yang lalu,saya meninggalkan siswa untuk tugas luar. Saya pun meninggalkan tugas pada anak-anak untuk menulis cerita dengan mencari sumber di perpustakaan sekolah. Mereka harus menemukan sebuah cerita dan menuliskan kembali cerita itu dengan bahasa sendiri.
Saat saya pulang dan kembali mengajar mereka, saya minta mereka untuk membacakan cerita yang telah ditulisnya di depan kelas. Saya terkesan dengan cerita ini. Seorang anak bernama Anggoro, menulis ringkasan cerita sederhana dengan judul "Air Mata Kura-Kura". Saat saya membaca judulnya, saya langsung teringat suatu ungkapan yang berarti air mata pura-pura. Lalu saya biarkan seorang anak membacakan cerita Anggoro dari awal hingga akhir. Begini cerita sederhana itu :
Suatu hari anak monyet melihat Ibu Kura-Kura mengeluarkan air mata. Lalu terjadilah dialog yang menarik
Monyet kecil :" Wahai Ibu Kura-kura, apa kamu sakit ?"
Ibu Kura-kura : "Tidak,aku baik-baik saja"
Monyet kecil :" Apa ada hewan lain yang menyakitimu ?"
Ibu Kura-kura : "Tidak, mereka tidak menyakitiku"
Monyet kecil :" Apa anakmu hilang?"
Ibu Kura-kura : "Tidak juga"
Monyet kecil : "Lalu mengapa mengeluarkan air mata? Apa kamu menangis?"
Ibu Kura-kura :"Tidak monyet kecil,aku tidak sedang menangis"
Monyet kecil : " Apa kamu selalu makan makanan yang asin ?"
Ibu Kura-kura : " Ya,aku selalu makan makanan yang asin dan minum air yang asin. Itulah mengapa aku mengeluarkan air mata. Ini untuk mengurangi kadar garam dalam tubuhku,aku mengeluarkannya dalam bentuk cairan lewat mataku sehingga aku seperti menangis"
Monyet kecil :" Oh begitu.... sekarang aku mengerti".
Jujur saja,saya baru tahu dari cerita itu mengapa air mata kura-kura itu bukan air mata sungguhan. Ternyata anak bisa menjadi sumber belajar bagi guru juga.
No comments:
Post a Comment